Monday 15 April 2013

Tugas Makalah Tentang Perusahaan



5.1.        PERUSAHAAN
            Perusahaan adalah institusi atau lembaga yang menggunakan atau memanfaatkan dan mengorganisasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa.
Fungsi utama dari perusahaan adalah
1.    Memproduksi berbagai macam barang dan jasa.
2.    Sebagai perantara bahan baku bagi individu  maupuan perusahaan lain baik untuk digunakan langsung maupun sebagai bahan dasar setengah jadi.
3.    Hubungan yang saling memanfaatkan dan menguntungkan antara pengusaha dan pemiliknya.
4.    Sebagai lembaga yang memanfaatkan dan memberikan kompensasi kepada faktor-faktor produksi yang digunakan.
Suatu perusahaan dibentuk dengan mempertimbangkan sisi ekonomi dan administratifnya,yaitu :
1.    Relatif mudah dalam mendapatkan kepercayaan karena dikerjakan secara bersama-sama.
2.    Mudah dalam mengelola karena perusahaan berisikan orang yang terampil dan terlatih dalam bidangnya.
3.    Biaya transaksi bisa diminimalisasikan, karena dikerjakan secara fokus dan dalam jumlah maksimal.
4.    Bisa menghasilkan kondisi dengan skala ekonomis.
5.    Perusahaan berisikan orang yang dapat memproduksi barang secara ekonomis.


Perusahaan digolongkan menjadi 3, yaitu :
1.    Perusahaan perorangan  (proprietorship) yaitu perusahaan yang dimiliki secara perorangan yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas.
2.    Kerjasama usaha (partnerships) yaitu suatu perusahaan yang dibangun secara bersama-sama dan salah satu atau beberapa orang diantaranya memiliki tanggung jawab tidak terbatas.
3.    Perseroan (companies) adalah perusahaan yang dimiliki oleh seorang atau lebih yang menjadi pemilik saham perusahaan itu.
            Dalam hal ini ada juga jenis usaha yang dianggap sama dengan perusahaan yaitu koperasi (co-operasi). Koperasi adalah badan usaha yang berasaskan secara kekeluargaan.
Prinsip – prinsip koperasi yang ditetapkan oleh ICA, yaitu :
1.    Democratic control
2.    Open memberships
3.    Limited interest on capital
4.    The distribution of surplus in dividend to the members in proportion to their purchases
5.    Trading strictly on a cash basis
6.    Selling only pure and unadelterated goods
7.    Providing for the education of the members in co-operative principles as well as for mutual trading
8.    Political and religious neutrality
            Kelemahan koperasi adalah sulit dalam mendapatkan modal dari lembaga keuangan untuk memperkuat struktur modal dan mengembangkan usaha serta pengelolaan dalam bidang manajemennya.


5.2.        OPTIMALISASI PRODUKSI
            Untuk mengoptimalisasikan produksi perusahaan yang dibatasi oleh sumber daya modal, tenaga, tempat, teknologi dan waktu. Dalam ilmu ekonomi menjelaskan untuk mengoptimalisaikan produksi yaitu dengan mengabaikan faktor ruang dan waktu karena berhubungan dengan ketidak pastian yang akan mengasumsikan hal yang kurang masuk akal/irasional , sedangkan perusahaan adalah tempat berkumpulnya orang yang rasional .
5.3.        Pengertian dan teori produksi
            Produksi adalah suatu kegiatan untuk menambah nilai guna suatu barang. Nilai guna suatu barang akan bertambah apabila memberikan manfaat baru dari bentuk semulanya. Faktor produksi dalam ilmu ekonomi adalah :
1.    Manusia (tenaga kerja = TK)
2.    Modal (uang =M)
3.    Sumber daya alam (tanah = T)
4.    Skill (kemampuan = S)
            Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output), secara sistematis hubungan itu dapat ditulis output = f(TK,M,T,S).
            Produksi alami adalah produksi yang dihasilkan oleh alam tan pa adanya campur tangan dari manusia maupun teknologi yang ada, sedangkan produks rekayasa adalah produksi yang dilakukan dengan menggunakan modal, teknologi dan manusia.
5.3.1.   Produksi dengan menggunakan satu (1) variabel bebas
            Dalam hal ini dimaksudkan produksi yang menggunakan satu variabel bebas dan yang lainnya konstan/ tetap, seperti manusia dan lahan/tanah. Hubungan produksi dimana terdapat satu variabel bebas dan yang lainnya bersifat tetap, maka berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Apabila suatu faktor variabel terus menerus bertambah maka output semakin lama semakin menurun secara merata. Hal ini tentu saja karena disebabkan banyaknya faktor pembagi sementara faktor yang dibagi tetap.
Gambar 5.1 total produksi, margin produksi dan rata-rata produksi

Berdasarkan gambar 5.1 di dasar toritisnya dapat ditentukan sebagai berikut :
1.    Produksi akan mencapai titik optimum tertinggi pada saat MP=AP, artinya tenaga kerja sama dengan rata-rata produksi.
2.    Produksi bisa diteruskan jika MP>AP, artinya produksi dapat kita lanjutkan dengan mempertahankan ataupun menambah tenaga kerja karena memiliki rata-rata produksi yang kecil, sehingga unit produksi bertambah.
3.    Produksi akan semakin maksimum apabila MP=0 dan AP semakin menurun.
Menghitung nilai derajat elastisitasnya dapat ditentukan dengan cara :

            Jadi bila MP>AP maka produksi bersifat elastis, artinya produksi dapat diteruskan karena masih menguntungkan, sedangkan bila MP<AP maka yang terjadi adalah inelastis. Produksi bersifat uniter elastis apabila MP=AP, dalam hal ini suatu perusahaan harus dapat mengambil keputusan untuk meneruskan atau menghentikan produksi.
            Fungsi produksi yang bersifat rekayasa dimana bila tk = 0 maka Q=0 adalah :

5.3.2 Produksi dengan menggunakan 2 Variabel Bebas
            Produksi dengan menggunakan 2 variabel bebas dalam produksi adalah produksi yang memanfaatkan 2 faktor produksi yang dapat direkayasa misalnya Tenaga Kerja (TK) dan Modal (M), atau antara Modal dan Teknologi atau antara tanah (alam) dan tenaga kerja dan seterusnya. Variabel yang paling sering dan mudah digunakan dalam ekonomi ortodoks adalah faktor produksi Tenaga Kerja dan Modal (uang).
            Secara matematis model fungsi produksi sering ditulis sebagai Q= f(K,L) di mana Q adalah total produksi = TP, K adalah kapital (Modal) dan L adalah tenaga kerja (TK), dengan demikian bisa juga ditulis Q = f(TK,M) → TP =f(TK,M). Sedangkan margin dari tenaga kerja (k) dan modal (m) atas jumlah produksi masing-masing ditentukan dengan cara:
            TK = K = L
                M = m = k
TK = K = L    = Marginal product of Labour (Batas produksi tenaga kerja)
            M = m = K    = Marginal product of capital (batas produksi modal)
            Secara teoritis semakin banyak jumlah faktor produksi (input) yang digunakan untuk dikombinasikan maka relatif akan memperbesar jumlah produksi (Output). Oleh karenanya perusahaan haruslah bisa menentukan tingkat pergantian dan pemanfaatan atas input yang digunakan, artinya bila misalkan perusahaan harus menambah jumlah modal maka konsekwensinya harus berusaha mengurangi jumlah tenaga kerja (untuk padat modal) sedangkan bila perusahaan ingin memperbanyak jumlah tenaga kerja maka berarti berusaha untuk mengurangi penambahan modal.
            Besarnya nilai pergantian antara tenaga kerja dan modal inilah yang sering disebut sebagai Marginal Rate of Technical Substiution = MRTS, dan secara matematis ditulis :  , nilai ini sebenarnya menunjukan slope (kemiringan – gradien) dari kurva fungsi produksi di mana setiap kombinasi input yang digunakan oleh perusahan menghasilkan sama banyaknya satu kombinasi tertentu di mana produksi betul betul mengalami tingkat efisiensi tertinggi yaitu mendapatkan hasil yang besar dengan pembiayaan yang sepandan.
            Maka secara teoritis kurva fungsi produksi ini memiliki kemiringan negatif, artinya setiap terjadi penambahan input tenaga kerja maka akan menyebabkan terjadinya penurunan input modal, dan sebaliknya. Kurva fungsi produksi dikenal dengan sebutan ISQUANT (Iq) yang arti harfiahnya adalah produksi sama. Misalkan tujuan produksi sebanyak 100 maka kombinasi matematis tenaga kerja dan modal dapat diilustrasikan sebagai berikut :
                        100 = 1 x 100 = 100 x 1
                        100 = 2 x 50 = 50 x 2
                        100 = 4 x 25 = 25 x 4
                        100 = 10 x 10
                        100 = 20 x 5 = 5 x 20
Dan seterusnya. . . (tapi nilai masing-masing TK atau M haruslah ≠ 0). Contoh gambarnya adalah seperti berikut :
GAMBAR 5.2.           Berbagai macam curva ISOQUANT
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_yzn0vWsWch3HfEUTr0iyDwnZwKfRK2uUlK1P2zJv-32BMLaL9aUumjKIebS1q1CN_1BtIa3Hjo0Yvf0BuMGmyKX9y5f5PCMYaqHQQ-uFCqPA7qzt9NsmIL4i2qbfwIyn3sPEGvVYxskp/s320/1.png
            Sebagaimana gambar di atas dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut, masing-masing kurva ISOQUANT di atas menunjukan jumlah produksi yang bisa dihasilkan untuk masing-masing kombinasi input, tentu saja jumlah produksi pada kurva Iq3 lebih besar dari pada di lq2 dan lq1 atau lq3>lq2>lq1. Perhatikan pada penggunaan modal sebanyak M2, tampak bahwa ia dapat dikombinasikan dengan sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan barang sejumlah di lq1 hingga di lq3. Bila misalkan perusahaan menurunkan sejumlah modal menjadi sebanyak M1, maka untuk sejumlah produksi di lq3 perusahaan menambah jumlah tenaga kerja menjadi L4 dan tentu saja kombinasi M2L3 = M1L4.
            Inilah suatu pembuktian teoritis yang sangat sederhana bahwa setiap penambahan faktor input dengan tidak mengurangi faktor input yang lain akan menyebabkan perusahaan harus menambah sejumlah biaya untuk mendanainya. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebenarnya juga adalah untuk mendanai macam-macam kombinasi faktor produksi dan demi efisiensi maka biaya ini juga memiliki kombinasi yang berjumlah sama. Oleh karena itulah mengapa ia di namakan sebagai ISOCOST (Ic) yang artinya biaya sama.
Berbagai macam Kurva ISOCOST

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaO9yIH13l0j7CkA4ALJiiwAHFPmvQHBbSpR_ZyS8kAEaMeedjEsMSR-_oxCzJ1KOY5wM4SppEXnC9SLqE7fOjATfzKj2B0F3Z3vArysutmzfIrQAXaxxEVsSQrfbrd1Lslw5Oj3u8RaWW/s320/t0.jpg
            Sepanjang garis Ic1, Ic2, dan Ic3 terdapat kombinasi sejumblah modal dan tenaga kerja yang jumlahnya tak hingga (secara sistematis) yang di danai sama untuk masing-masing Ic tersebut. Misalkan pada Ic3 kombinasi antara penggunaan sejumlah M dan TK di titik A sama besarnya dengan kombinasi di titik B.
            Bila ISOQUANT biasanya berbentuk cembung karena adanya kombinasi antara input, maka ISOCOST biasanya linier karena ia adalah merupakan penjumlahan biaya masing – masing input yang bisa didanai, misalnya:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWgKSjlLBVULWQ2eN_aTyW5hwzWK0xnXbvoHOOBU3bKRZqaT8q2neavZ-nJ2ROc5gvum3W5h1m6GKF7rlmkkyy_oly_UwYeLPsKxCWOryYI25FAZc2ol-VP8r5VTc2wpWVtwly0whQIXub/s320/t2b.jpg
TK (tenaga kerja ) = L (labour)
Dalam buku ini penggunaan symbol PL Sama maksudnya
Dengan penggunaan symbol PTK , tujuan penggunaan symbol
PL adalah untuk menyamakan dengan symbol asli dari
Pemulanya…

            Batas penambahan biaya atas penambahan tenaga kerja dan modal masing – masing adalah :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZDX3igcfeleHY6eibMAw3Es7UijndMGtJzcy1mG-k8YGqIxg3xJV3oNjHQ7FX5GPoTZEtH-nYs59H4CxijHI6oswcSr5tCb54rN2QXGeWYHdnNxSFVVHOvXuoUp5DRj6-GvyWhwTfwgbG/s1600/t3a.jpg
            Besarnya tingkat penggantian antara perubahan biaya terhadap tenaga kerja atau modal dan sebaliknya adalah :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPa5FkGnGQrhCKS7fXVC1TV9Cp8J1J6PUvB_jsSJ4rI9E_L8NYicaNn_Ue-4lqZ8I6xghySzW4pXfHUx9G1bygy0Mb3TpCNWZrcZGl0qL2ffK7B0Ub1gZq_POlgK_FICIrKJxs3rABMdXQ/s1600/t3b.jpg,ini tidak lain adalah slope (kemiringan) dari garis ISOCOST.

            Bedasarkan persamaan biaya terhadap masing – masing harga input produksi kita dapat membuat ilustrasi ISOCOST sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim9PTHn6QElta8LGQX2d_D7YhBIFdWgIlbSUKbVjUiW6UqsMikpTFQ5kebGtcZnca0z-fV0hAicJZDVm02ljCN3VydH3RHUKzUagLW0_SJvJhG_iaW8DmcRNa-DqJfEmqt_I8dRz9I48Db/s320/t3c.jpg
            Berdasarkan dengan nilai TK dan M pada ISOQUANT yang tidak boleh bernilai 0 (nol) salah satu atau kedua – duanya, maka di ISOCOST bisa saja salah satu dari TK atau M yang bernilai 0 (artinya bisa saja biaya itu untuk mendanai tenaga kerja semuanya (padat karya) atau mendanai modal/mesin semuanya (padat modal).
            Terdapat persoalan yang relatif sulit bagi perusahaan bila harus diperhadapkan pada menentukan biaya yang efisien dan efektif (paling optimal) untuk mendanai produksi dengan menggunakan kombinasi 2 faktor input. Sepanjang kurva ISOQUANT  tidak diketahui kombinasi mana yang paling pas, karena semuanya menghasilkan jumlah yang sama, sedangkan pada garis ISOCOST  tidak bisa ditentukan di mana biaya yang paling optimal atas penggunaan sejumlah input. Dalam bahasa matematis sepanjang garis yang tidak memiliki titik belok maka tidak akan memiliki titik maksimum. Akan tetapi bila kedua garis ISOCOST dan ISOQUANT  itu di kombinasikan maka yang terjadi adalah :
1. Bisa saja sepanjang garis ISOQUANT akan berimpit dengan ISOCOST. Bila ini terjadi maka sepanjang kurva ISOQUANT semua produksi optimum karena biaya yang disediakan dapat menandai semua pilihan kombinasi produksi, tapi ini sangat jarang terjadi karena adalah sangat sukar membuat beberapa pilihan kombinasi produksi, tapi ini sangat jarang terjadi karena adalah sangat sukar membuat beberapa pilihan dari kombinasi factor produksi cocok dengan jumlah dana yang dimiliki. Bila kondisi ini digambarkan hasilnya adalah sebagai berikut :
ISOCOST dan ISOQUANT yang saling berimpit

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjhbQ7mZW58kzSEyM3M5EaojxPneXdLkYdgQ0K1vw_9V0xEs7I23s4mRY86VoRT2qPENR8INsuf5OUNIiMTgnGtX79YjRUIXC25lCFDmfLIk2c5YZ-w4FrxBYo1In-5GWOtZPGnFkQeacq/s320/t4.jpg
            Secara sistematis kejadian ini bisa terjadi apabila nilai/besaran variable fungsi produksi sama dengan besaran variable biaya, input yang satu tidak bergantung pada satu input yang lain sebagainya. Misalkan C = 20TK + 10M, maka Q = 20TK + 10M, bila C = Q
2. Hanya ada satu kombinasi yang paling optimum yaitu manakala garis ISOCOST bersinggungan dengan garis ISOQUANT di satu titik (dalam bahasa matematisnya titik optimum akan diketahui bila gradient/slope dari 2 garis tersebut sama, ml = m2)
            Kejadian no.2 ini membutuhkan pendekatan matematis yang relative rumit namun masih dalam skala sederhana karena bisa hitung dengan metode subtitusi atau metode lagrange (lagrange adalah orang pertama yang membuktikan dengan model matematisnya bahwa di suatu tempat di bumi ini ada yang tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi).
Persinggungan ISOCOST dan ISOQUANT
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxtvqJOEFO6Q5J6nC85pIPXBg4E485iS3yQ-hWkc9EH3p1zFtY2DjY_juf6NrBzgPj0sxVdtz_mOguqyAShxBDQVDeZfHx8CFPAKt214_XXAtPC53tq1J38WZQYCROTi9a9zc9GVpZ2TxC/s320/t5a.jpg
            slope kedua fungsi tersebut tidak sama sehingga total biaya yang digunakan untuk mendanai produksi yang menggunakan 2 faktor produksi sesuai dengan peruntukan tidak mencapai kondisi yang optimum. Sedangkan di titik z, membutuhkan dana yang lebih besar untuk menggunakan faktor produksi tersebut, padahal jumlah produksi yang dihasilkan titik z maupun x sama saja. Titik x, adalah merupakan satu dan hanya satu kondisi di mana total biaya yang ada pas untuk mendanai faktor produksi untuk menghasilkan barang sebanyak Q. Persinggungan antar slope dari ISOQUANT dan ISOCOST itulah tempat di mana produksi dan biaya yang paling optimum.
         Dengan demikian titik optimum dari produksi yang menggunakan 2 faktor input atas biaya yang digunakan adalah mana kala syaratnya dipenuhi yaitu :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUbiOH94l4UGp6jrNACiVBv9SVw6J8DYfLhyphenhyphenKlvjI4cPZGTsVAPlAubLRpAUzhobe2lCGk-TEqbyl4c7RAf7Vy6AM7QkX5cgpoIw-YSxDvw0Uc8StOM2mdIFokUjaUExaqRNiRgv2Yavsd/s320/t6.jpg

Catatan:
            Bila diperhatikan, ternyata syarat maksimum (paling optimum) dari produksi dengan mengunakan 2 variabel input mirip dengan syarat maksimum yang terdapat pada teori pilihan konsumsi dari sisi pandang nilai guna, dengan demikian sebenarnya teknik optimalisasi sebagimana juga yang distandarkan pada teori nilai guna dapat digunakan pada kasus yang mirip.
            Kurva ISOQUANT(Iq)mirip dengan INDIFFERENCE CURVE(IC),yang membedakannya adalah objek yang diukur.
5.4       OPTIMALISASI PRODUKSI
            Adalah hal yang lumrah dan lazim bila perusahaan dalam operasionalisasinya selalu berusaha mendapatkan hasil terbaik terutama dalam pemanfaatan dana untuk produksi. Ukuran dari hebatnya seorang manajer perusahaan adalah bagaimana menggunakan dana yang dibatasi untuk menghasilkan barang secara efektif dan efisien (bukan selalu untung). Secara teoritis dalam teori produksi yang mempergunakan 2 variabel input bebas mengajarkan dua macam cara untuk mengoptimalkan produksi yaitu : dengan cara Mengoptimalkan Produksi (maksimum produksi) dan Mengoptimumkan Biaya (Minimum Biaya).

5.4.1  Optimum produksi
            Bila perusahaan telah  memiliki dana untuk memproduksi, harga 2 faktor input telah diketahui dan kombinasi faktor input telah ditetapkan maka tujuan perusahaan adalah berapa banyak barang yang bisa dihasilkan agar bisa mencapai kondisi paling optimum. Dalam hal ini yang menjadi kendala (constraint) adalah biaya (ISOCOST) sedangkan tujuannya adalah produksi (ISOQUANT),
            Misalkan diketahui total dana yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi batu bata merah untuk tahun 2005 adalah Rp. 1000. upah tenaga kerja/hari Rp. 45. dan diskonto modal/1000 adalah Rp. 100. Kombinasi faktor input adalah Q = TK x M, maka model matematisnya dapat disusun sebagai berikut:
                                                1000 = 45TK + 100M
                                                Q = TK x M
Bila disusun dalam model Lagrange menjadi :
                                    Z = (TK x M)+ (45TK + 100M – 1000)atau
                                    Z = (TK x M) – (45TK + 100M – 1000)atau
                                     Z = (TK x M) – (1000 -  45TK  100M)
                                      TK x M → Tujuan
                                       45TK + 100M = 1000  Kendala
Kedua fungsi atas dapat juga diselesaikan dengan cara subtitusi biasa, tapi saya menyarankan untuk memanfaatkan cara yang terdapat dalam teori nilai guna sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya (teori pilihan konsumen).
            Bila menggunakan metode Lagrange (metode ini memang sangat baik bila fungsi biayanya dalam bentuk pangkat dua atau lebih), maka gunakan pendekatan derivative parsial sebagai berikut :
            Turunkan Z terhadap masing-masing TK dan M sebagai berikut :
                       
                                     = M – 45  → = TK =
                                     = TK – 100  → = M =
                                    [  = 0,  = 0,  (  )2 = 1 ]

                                                TK = M =   100M = 45TK → TK =
Banyak cara bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai TK dan M, misalnya dengan memperhatikan persamaan hasil derivasi yaitu 100M = 45TK dan persamaan kendala ISOCOST 1000 = 45TK+ 100M, lalu simulasikan hasilnya sehingga menjadi :
1000 = 45TK + 45TK
1000 = 90TK → TK =  = 11,111111
Lalu
1000 = 100M + 100M
1000 = 200M → M =  = 5
Cocokan : 1000  45(11,111111) + 100(5)

Cara lain adalah subtitusikan TK =  pada persamaan 1000 = 45TK + 100M, hasilnya adalah :
                                    1000 = 45 () + 100M
                                     1000 = 100M + 100M → 100M = 1000
                                            M =  = 5

Cara praktis (perhatikan ketentuannya):        
            Gunakan rumus sebagaimana yang telah dipaparkan pada teori nilai guna (pilihan konsumen) dengan adaptasi sebagai berikut :

                                         TK =   =  =  = 11,111111
                                           M =  =  =  = 5

Nilai TK dan M masukan dalam persamaan produksi :
                                                Q = TK x M → Q = 5 x 11,111111 = 55,555555
Berarti dengan uang sebanyak Rp. 1000 pada masing-masing harga faktor  produksi TK dan M adalah sebesar Rp. 45 dan Rp. 100, banyaknya batu bata merah yang bisa diproduksi secara optimum adalah sebanyak 55,555555 unit.
            Coba perhatikan, bila misalkan pimpinan perusahaan tetap ingin memproduksi sebanyak 55,555555 unit akan tetapi hanya menggunakan tenaga kerja sebanyak 5 orang, maka banyaknya modal adalah :
                                    55,555555 = TK x M
                                    55,555555 = 5x M → M =  = 11,111111
(ingatlah asas trade off dalam MRTS, dalam kasus ini karena mengurangi TK maka akan dan harus memperbesar M). Akan tetapi nilai ini bila dialokasikan dalam fungsi biaya hasilnya ternyata : C = 45(5) + 100(11,111111) = 225 + 1111,1111 = Rp. 1336,1111, padahal dana hanya Rp. 1000, artinya bila pimpinan perusahaan ingin mengurangi tenaga kerja sebanyak 6 orang maka konsekwensinya ia harus menambah dana sebesar Rp. 336,1111. Akan tetapi karena dananya hanya Rp. 1000, maka kombinasi tenaga kerja sebanyak 11 orang dengan modal sebanyak 5 (bisa 5 unit mesin, 5 bulan masa pinjam atau lainnya)adalah paling optimum. Hal ini bisa dibuktikan dengan menggunakan ketentuan :
                                                 =  MRTS =   =
                                                MPL =  = M → = 5,PL = 45
                                                MPM =  = TK →= 11,111111,PM = 100

Untuk menggambarkan kurvanya, fungsi awal diperlakukan sebagai berikut :

ISOCOST :
1000 = 45TK + 100M
TK = 0 → M =  = 10
 M = 0 → TK =  = 22,222222
ISOQUANT :
Q = TK * M
55,555555 = TK * M
Bila :
TK = 1 → M = 55,555555
 M = 1 → M = 55,555555

Berdasarkan informasi ini lalu digambarkan sebagai berikut : →
Untuk membuktikan apakah produksi memang benar-benar optimum maka ketentuan matematis haruslah dipenuhi yaitu :
1. turunan pertama dari masing-masing variable = 0 (perhitungannya sudah dilakukan) ini adalah  merupakan syarat perlu, sedangkan syarat cukupnya harus memenuhi syarat berikut:

 =  x  -  [  ]2 <0
Diketahui :  = 0,  = 0, (  )² = 1
  = 0 x 0 -1 = - 1 < 0 → Titik  Pelana

Jadi benar (secara matematis) bahwa produksi sebanyak 55,555555 unit dengan menggunakan tenaga kerja dan modal masing-masing sebanyak 11 dan 5 telah optimum (bukan extremum yaitu memiliki titik maksimum atau minimum) dan produksi inilah yang paling optimum (pas antara biaya yang disediakan dengan kebutuhan jumlah tenaga kerja dan modal untuk memproduksi barang sebanyak 55,555555 unit tersebut).
5.4.3. ELASTISITAS PRODUKSI UNTUK 1 FAKTOR INPUT (1 FAKTOR PRODUKSI)
            Untuk produksi yang menggunakan 1 faktor input secara teoritis telah dijelaskan bagaimana strategi penggunaan tersebut yitu dengan memperhatikan MP dan AP. Bila MP = 0, maka sebaiknya tidak perlu menambahkan factor input lagi. Bila MP = AP maka produksi relatif sudah mapan/stabil, dengandemikian produksi tidak perlu menambahkan factor input lagi? Tapi menentukan nilai MP = 0 terkadang relative sulit bila tidak mengektrapolasinya dengan memanfaatkan model dan gaya matematika (teknik derivasi), lagi pula hal ini relative mengandung resiko karena jarang ada perusahaan bisa menentukan kapan tambahan factor input tidak memberikan tambahan apa-apa pada produksi. Kesulitan ini bisa diatasi dengan menentukan nilai elastisitas produksinya dengan rumus :
            Untuk Q  = TP = produksi
            Untuk I = input = factor produksi
Maka elastisitas produksinya :


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEBBVQHJetetV0Cwwv6lopkOK3VLS2z1S6PeVR9Ya_mIGQmwZaf3RvYEozRucvSpOMduaZxSW8IpGlfVC5223_OL-WpNP6uW3QFgb016lgpPNt4UnT-IsOFScF-Nnhi9aX9rDK8CvcK3dY/s320/1.png

            Jadi elastisitas tidak lain adalah perbandingan antara nilai marginal produksi dengan rata – rata produksi. Misalkan MP = AP maka EP = , jadi pantaslah mengapa produksi dianggap sudah mapan bila MP = AP, karena tambahan 1 faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produksi dalam produksi. Akan tetapi bila MP > AP maka produksi tentu saja bersifat elastic. Bila ini terjadi maka penambahan faktor input layak untuk dilakukan karena untuk setiap penambahan 1 faktor input akan memberikan penambahan lebih dari 1 jumlah produksi.
5.4.4. ELASTISITAS PRODUKSI UNTUK 2 FAKTOR INPUT (2 FAKTOR PRODUKSI)
            Konsep elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan menggunakan 2 faktor input. Secara khusus fungsi produksi yang memanfaatkan parameter nilai elastisitas produksi adalah fungsi produksi Cobb – Douglas.
            J.W Cobb dan P.H Douglas dari Amerika serikat pada 1928 (Sudarsono, 1990,h. 115) memperkenalkan suatu fungsi produksi yang diberi nama sesuai dengan nama mereka yaitu Cobb-Douglas, sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBgU4zUuCAuP0L_tKJ3j9TvYfzLPdNRPmlo-oy-KoopBXC0dSEejhi51pASAPGj9ok7092cQLYVgmrv8NGGmElOsx1p1f1IxLiJWEAhZdLOpZy7sIyGgSa2ezUmRGmNGBcRa9gy6HAgXAD/s1600/1.pngdi mana:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTVL8e8nIDWVLKfmLlc_qHEM0_4PJSh9YnpTUiqbO56AAlTizUhHrcUjAntZahAKtjSYLPFx-gLPG3VW15WsR53wZ3JeG0lCw_0FmI-0UYlh63NXxJsy6qnFhn2xArBFVhmd5xhSfQYBAj/s1600/1.pngProduksi
     b0=Indeks efisiensi
     b1=Parameter L (tenaga kerja)               
     b2=Parameter K(modal)
            untuk menyatakan nilai maksimum atas perubahan L dan K terhadap produksi maka perlu digunakan pendekatan matematis dengan cara menentukan nilai turunan pertama dari masing-masing factor input (L dan K) tersebut secara parsial sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZfSfVIx_aYLdJlEiANp2dlHwjrFGLq_bJjwaWF2z79NOcdzTOrnw2lXE0htlYZ7Cu_-7GDUQLSH_6n_v89u1HIxwC_5OP8Vev9vlqVm8kpKubGisbE-jTKQtoOrMejR6HDXaL-fEgN-Br/s320/1.png
Untuk faktor input L terhadap produksi :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga95cFwaaYlCOx6dfkevWMm9Y6y6mtVM35qthuENgvo-RnRq-KOnGDKxWfR3haj4rRlVPBPw1XqqiymDwjGuKn9v_MKwdaDAM7KXWq88Jf2tRMTMWbLujot1GBJ8tiE_oFS-sMLlQ0IXNx/s320/1.png
Untuk faktor input K terhadap produksi :





Daftar pustaka
Iskandar putong,2010. Economic : pengantar ekonomi mikro dan makro.
Penerbit :mitra wancana media

Alamat blog anggota kelompok :

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Themes | Free Song Lyrics, Cara Instal Theme Blog