5.1.
PERUSAHAAN
Perusahaan
adalah institusi atau lembaga yang menggunakan atau memanfaatkan dan
mengorganisasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan dan menjual barang
dan jasa.
Fungsi utama dari perusahaan adalah
1. Memproduksi
berbagai macam barang dan jasa.
2. Sebagai
perantara bahan baku bagi individu
maupuan perusahaan lain baik untuk digunakan langsung maupun sebagai
bahan dasar setengah jadi.
3. Hubungan
yang saling memanfaatkan dan menguntungkan antara pengusaha dan pemiliknya.
4. Sebagai
lembaga yang memanfaatkan dan memberikan kompensasi kepada faktor-faktor
produksi yang digunakan.
Suatu perusahaan dibentuk dengan
mempertimbangkan sisi ekonomi dan administratifnya,yaitu :
1. Relatif
mudah dalam mendapatkan kepercayaan karena dikerjakan secara bersama-sama.
2. Mudah
dalam mengelola karena perusahaan berisikan orang yang terampil dan terlatih
dalam bidangnya.
3. Biaya
transaksi bisa diminimalisasikan, karena dikerjakan secara fokus dan dalam
jumlah maksimal.
4. Bisa
menghasilkan kondisi dengan skala ekonomis.
5. Perusahaan
berisikan orang yang dapat memproduksi barang secara ekonomis.
Perusahaan digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Perusahaan
perorangan (proprietorship) yaitu
perusahaan yang dimiliki secara perorangan yang memiliki tanggung jawab tidak
terbatas.
2. Kerjasama
usaha (partnerships) yaitu suatu perusahaan yang dibangun secara bersama-sama
dan salah satu atau beberapa orang diantaranya memiliki tanggung jawab tidak
terbatas.
3. Perseroan
(companies) adalah perusahaan yang dimiliki oleh seorang atau lebih yang
menjadi pemilik saham perusahaan itu.
Dalam
hal ini ada juga jenis usaha yang dianggap sama dengan perusahaan yaitu
koperasi (co-operasi). Koperasi adalah badan usaha yang berasaskan secara
kekeluargaan.
Prinsip – prinsip koperasi yang ditetapkan
oleh ICA, yaitu :
1. Democratic
control
2. Open
memberships
3. Limited
interest on capital
4. The
distribution of surplus in dividend to the members in proportion to their
purchases
5. Trading
strictly on a cash basis
6. Selling
only pure and unadelterated goods
7. Providing
for the education of the members in co-operative principles as well as for
mutual trading
8. Political
and religious neutrality
Kelemahan
koperasi adalah sulit dalam mendapatkan modal dari lembaga keuangan untuk
memperkuat struktur modal dan mengembangkan usaha serta pengelolaan dalam
bidang manajemennya.
5.2.
OPTIMALISASI
PRODUKSI
Untuk
mengoptimalisasikan produksi perusahaan yang dibatasi oleh sumber daya modal,
tenaga, tempat, teknologi dan waktu. Dalam ilmu ekonomi menjelaskan untuk
mengoptimalisaikan produksi yaitu dengan mengabaikan faktor ruang dan waktu
karena berhubungan dengan ketidak pastian yang akan mengasumsikan hal yang
kurang masuk akal/irasional , sedangkan perusahaan adalah tempat berkumpulnya
orang yang rasional .
5.3.
Pengertian
dan teori produksi
Produksi
adalah suatu kegiatan untuk menambah nilai guna suatu barang. Nilai guna suatu
barang akan bertambah apabila memberikan manfaat baru dari bentuk semulanya.
Faktor produksi dalam ilmu ekonomi adalah :
1. Manusia
(tenaga kerja = TK)
2. Modal
(uang =M)
3. Sumber
daya alam (tanah = T)
4. Skill
(kemampuan = S)
Fungsi
produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil
produksi (output), secara sistematis hubungan itu dapat ditulis output =
f(TK,M,T,S).
Produksi
alami adalah produksi yang dihasilkan oleh alam tan pa adanya campur tangan
dari manusia maupun teknologi yang ada, sedangkan produks rekayasa adalah
produksi yang dilakukan dengan menggunakan modal, teknologi dan manusia.
5.3.1.
Produksi
dengan menggunakan satu (1) variabel bebas
Dalam
hal ini dimaksudkan produksi yang menggunakan satu variabel bebas dan yang
lainnya konstan/ tetap, seperti manusia dan lahan/tanah. Hubungan produksi dimana
terdapat satu variabel bebas dan yang lainnya bersifat tetap, maka berlaku
hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Apabila suatu faktor variabel
terus menerus bertambah maka output semakin lama semakin menurun secara merata.
Hal ini tentu saja karena disebabkan banyaknya faktor pembagi sementara faktor
yang dibagi tetap.
Gambar 5.1 total produksi, margin produksi
dan rata-rata produksi
Berdasarkan gambar 5.1 di dasar toritisnya
dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Produksi
akan mencapai titik optimum tertinggi pada saat MP=AP, artinya tenaga kerja
sama dengan rata-rata produksi.
2. Produksi
bisa diteruskan jika MP>AP, artinya produksi dapat kita lanjutkan dengan
mempertahankan ataupun menambah tenaga kerja karena memiliki rata-rata produksi
yang kecil, sehingga unit produksi bertambah.
3. Produksi
akan semakin maksimum apabila MP=0 dan AP semakin menurun.
Menghitung nilai derajat elastisitasnya dapat
ditentukan dengan cara :
Jadi
bila MP>AP maka produksi bersifat elastis, artinya produksi dapat diteruskan
karena masih menguntungkan, sedangkan bila MP<AP maka yang terjadi adalah
inelastis. Produksi bersifat uniter elastis apabila MP=AP, dalam hal ini suatu
perusahaan harus dapat mengambil keputusan untuk meneruskan atau menghentikan
produksi.
Fungsi
produksi yang bersifat rekayasa dimana bila tk = 0 maka Q=0 adalah :
5.3.2
Produksi dengan menggunakan 2 Variabel Bebas
Produksi
dengan menggunakan 2 variabel bebas dalam produksi adalah produksi yang
memanfaatkan 2 faktor produksi yang dapat direkayasa misalnya Tenaga Kerja (TK)
dan Modal (M), atau antara Modal dan Teknologi atau antara tanah (alam) dan
tenaga kerja dan seterusnya. Variabel yang paling sering dan mudah digunakan
dalam ekonomi ortodoks adalah faktor produksi Tenaga Kerja dan Modal (uang).
Secara
matematis model fungsi produksi sering ditulis sebagai Q= f(K,L) di mana Q adalah total produksi = TP, K adalah kapital
(Modal) dan L adalah tenaga kerja (TK), dengan demikian bisa juga ditulis Q = f(TK,M) → TP =f(TK,M). Sedangkan margin dari tenaga kerja (k) dan modal (m) atas
jumlah produksi masing-masing ditentukan dengan cara:
TK
= K
= L = Marginal product of Labour (Batas
produksi tenaga kerja)
M
= m
= K = Marginal
product of capital (batas produksi modal)
Secara
teoritis semakin banyak jumlah faktor produksi (input) yang digunakan untuk dikombinasikan maka relatif akan
memperbesar jumlah produksi (Output).
Oleh karenanya perusahaan haruslah bisa menentukan tingkat pergantian dan
pemanfaatan atas input yang digunakan, artinya bila misalkan perusahaan harus
menambah jumlah modal maka konsekwensinya harus berusaha mengurangi jumlah
tenaga kerja (untuk padat modal) sedangkan bila perusahaan ingin memperbanyak
jumlah tenaga kerja maka berarti berusaha untuk mengurangi penambahan modal.
Besarnya
nilai pergantian antara tenaga kerja dan modal inilah yang sering disebut
sebagai Marginal Rate of Technical Substiution
= MRTS, dan secara matematis ditulis : , nilai ini sebenarnya menunjukan slope (kemiringan – gradien) dari kurva fungsi produksi di mana setiap kombinasi input
yang digunakan oleh perusahan menghasilkan sama banyaknya satu kombinasi
tertentu di mana produksi betul betul mengalami tingkat efisiensi tertinggi
yaitu mendapatkan hasil yang besar dengan pembiayaan yang sepandan.
Maka
secara teoritis kurva fungsi produksi ini memiliki kemiringan negatif, artinya
setiap terjadi penambahan input tenaga kerja maka akan menyebabkan terjadinya
penurunan input modal, dan sebaliknya. Kurva fungsi produksi dikenal dengan
sebutan ISQUANT (Iq) yang arti harfiahnya adalah produksi sama. Misalkan
tujuan produksi sebanyak 100 maka kombinasi matematis tenaga kerja dan modal
dapat diilustrasikan sebagai berikut :
100
= 1 x 100 = 100 x 1
100
= 2 x 50 = 50 x 2
100
= 4 x 25 = 25 x 4
100
= 10 x 10
100
= 20 x 5 = 5 x 20
Dan seterusnya. . . (tapi nilai masing-masing
TK atau M haruslah ≠ 0). Contoh gambarnya adalah seperti berikut :
GAMBAR
5.2. Berbagai macam curva
ISOQUANT
Sebagaimana
gambar di atas dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut, masing-masing
kurva ISOQUANT di atas menunjukan jumlah produksi yang bisa dihasilkan untuk
masing-masing kombinasi input, tentu saja jumlah produksi pada kurva Iq3 lebih
besar dari pada di lq2 dan lq1 atau lq3>lq2>lq1.
Perhatikan pada penggunaan modal sebanyak M2, tampak bahwa ia dapat
dikombinasikan dengan sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan barang sejumlah
di lq1 hingga di lq3. Bila misalkan perusahaan menurunkan sejumlah modal
menjadi sebanyak M1, maka untuk sejumlah produksi di lq3 perusahaan menambah
jumlah tenaga kerja menjadi L4 dan tentu saja kombinasi M2L3 = M1L4.
Inilah
suatu pembuktian teoritis yang sangat sederhana bahwa setiap penambahan faktor
input dengan tidak mengurangi faktor input yang lain akan menyebabkan perusahaan
harus menambah sejumlah biaya untuk mendanainya. Biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan sebenarnya juga adalah untuk mendanai macam-macam kombinasi
faktor produksi dan demi efisiensi maka biaya ini juga memiliki kombinasi yang
berjumlah sama. Oleh karena itulah mengapa ia di namakan sebagai ISOCOST (Ic)
yang artinya biaya sama.
Berbagai macam Kurva ISOCOST
Sepanjang
garis Ic1, Ic2, dan Ic3 terdapat
kombinasi sejumblah modal dan tenaga kerja yang jumlahnya tak hingga (secara
sistematis) yang di danai sama untuk masing-masing Ic tersebut.
Misalkan pada Ic3 kombinasi antara penggunaan sejumlah M dan TK
di titik A sama besarnya dengan kombinasi di titik B.
Bila ISOQUANT biasanya
berbentuk cembung karena adanya kombinasi antara input, maka ISOCOST biasanya
linier karena ia adalah merupakan penjumlahan biaya masing – masing input yang
bisa didanai, misalnya:
TK (tenaga kerja ) = L (labour)
Dalam buku ini penggunaan symbol PL Sama
maksudnya
Dengan penggunaan symbol PTK , tujuan penggunaan
symbol
PL adalah untuk menyamakan dengan symbol asli
dari
Pemulanya…
Batas
penambahan biaya atas penambahan tenaga kerja dan modal masing – masing adalah
:
Besarnya
tingkat penggantian antara perubahan biaya terhadap tenaga kerja atau modal dan
sebaliknya adalah :
,ini tidak lain adalah slope
(kemiringan) dari garis ISOCOST.
Bedasarkan
persamaan biaya terhadap masing – masing harga input produksi kita dapat
membuat ilustrasi ISOCOST sebagai berikut :
Berdasarkan
dengan nilai TK dan M pada ISOQUANT yang
tidak boleh bernilai 0 (nol) salah satu atau kedua – duanya, maka di ISOCOST bisa
saja salah satu dari TK atau M yang bernilai 0 (artinya bisa saja biaya itu
untuk mendanai tenaga kerja semuanya (padat karya) atau mendanai modal/mesin
semuanya (padat modal).
Terdapat
persoalan yang relatif sulit bagi perusahaan bila harus diperhadapkan
pada menentukan biaya yang efisien dan efektif (paling optimal) untuk mendanai
produksi dengan menggunakan kombinasi 2 faktor input. Sepanjang kurva ISOQUANT
tidak diketahui kombinasi mana yang paling pas, karena semuanya
menghasilkan jumlah yang sama, sedangkan pada garis ISOCOST tidak
bisa ditentukan di mana biaya yang paling optimal atas penggunaan sejumlah
input. Dalam bahasa matematis sepanjang garis yang tidak memiliki titik
belok maka tidak akan memiliki titik maksimum. Akan tetapi bila kedua garis
ISOCOST dan ISOQUANT itu di kombinasikan maka yang terjadi
adalah :
1. Bisa saja sepanjang garis ISOQUANT akan
berimpit dengan ISOCOST. Bila ini terjadi maka sepanjang kurva ISOQUANT semua
produksi optimum karena biaya yang disediakan dapat menandai semua pilihan
kombinasi produksi, tapi ini sangat jarang terjadi karena adalah sangat sukar
membuat beberapa pilihan kombinasi produksi, tapi ini sangat jarang terjadi
karena adalah sangat sukar membuat beberapa pilihan dari kombinasi factor
produksi cocok dengan jumlah dana yang dimiliki. Bila kondisi ini digambarkan
hasilnya adalah sebagai berikut :
ISOCOST dan ISOQUANT yang saling berimpit
Secara
sistematis kejadian ini bisa terjadi apabila nilai/besaran variable fungsi
produksi sama dengan besaran variable biaya, input yang satu tidak bergantung
pada satu input yang lain sebagainya. Misalkan C = 20TK + 10M,
maka Q = 20TK + 10M, bila C = Q
2. Hanya ada satu kombinasi yang paling optimum yaitu
manakala garis ISOCOST bersinggungan dengan garis ISOQUANT di satu titik (dalam
bahasa matematisnya titik optimum akan diketahui bila gradient/slope dari 2
garis tersebut sama, ml = m2)
Kejadian
no.2 ini membutuhkan pendekatan matematis yang relative rumit namun masih dalam
skala sederhana karena bisa hitung dengan metode subtitusi atau
metode lagrange (lagrange adalah orang pertama yang membuktikan
dengan model matematisnya bahwa di suatu tempat di bumi ini ada yang tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi).
Persinggungan ISOCOST dan ISOQUANT
slope
kedua fungsi tersebut tidak sama sehingga total biaya yang digunakan untuk
mendanai produksi yang menggunakan 2 faktor produksi sesuai dengan peruntukan
tidak mencapai kondisi yang optimum. Sedangkan di titik z,
membutuhkan dana yang lebih besar untuk menggunakan faktor produksi tersebut,
padahal jumlah produksi yang dihasilkan titik z maupun x
sama saja. Titik x, adalah merupakan satu dan hanya satu kondisi
di mana total biaya yang ada pas untuk mendanai faktor produksi untuk
menghasilkan barang sebanyak Q. Persinggungan antar slope dari ISOQUANT
dan ISOCOST itulah tempat di mana produksi dan biaya yang paling optimum.
Dengan
demikian titik optimum dari produksi yang menggunakan 2 faktor input atas biaya
yang digunakan adalah mana kala syaratnya dipenuhi yaitu :
Catatan:
Bila
diperhatikan, ternyata syarat maksimum (paling optimum) dari produksi dengan
mengunakan 2 variabel input mirip dengan syarat maksimum yang terdapat pada
teori pilihan konsumsi dari sisi pandang nilai guna, dengan demikian sebenarnya
teknik optimalisasi sebagimana juga yang distandarkan pada teori nilai guna
dapat digunakan pada kasus yang mirip.
Kurva
ISOQUANT(Iq)mirip dengan INDIFFERENCE CURVE(IC),yang
membedakannya adalah objek yang diukur.
5.4 OPTIMALISASI PRODUKSI
Adalah hal yang
lumrah dan lazim bila perusahaan dalam operasionalisasinya selalu berusaha
mendapatkan hasil terbaik terutama dalam pemanfaatan dana untuk produksi.
Ukuran dari hebatnya seorang manajer perusahaan adalah bagaimana menggunakan
dana yang dibatasi untuk menghasilkan barang secara efektif dan efisien (bukan
selalu untung). Secara teoritis dalam teori produksi yang mempergunakan 2
variabel input bebas mengajarkan dua macam cara untuk mengoptimalkan produksi
yaitu : dengan cara Mengoptimalkan Produksi
(maksimum produksi) dan Mengoptimumkan
Biaya (Minimum Biaya).
5.4.1 Optimum produksi
Bila
perusahaan telah memiliki dana
untuk memproduksi, harga 2 faktor input telah diketahui dan kombinasi
faktor input telah ditetapkan maka tujuan perusahaan adalah berapa banyak
barang yang bisa dihasilkan agar bisa mencapai kondisi paling optimum. Dalam
hal ini yang menjadi kendala (constraint)
adalah biaya (ISOCOST) sedangkan
tujuannya adalah produksi (ISOQUANT),
Misalkan
diketahui total dana yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi batu bata merah
untuk tahun 2005 adalah Rp. 1000. upah tenaga kerja/hari Rp. 45. dan diskonto
modal/1000 adalah Rp. 100. Kombinasi faktor input adalah Q = TK x M, maka model
matematisnya dapat disusun sebagai berikut:
1000
= 45TK + 100M
Q
= TK x M
Bila disusun dalam model Lagrange menjadi :
Z
= (TK x M)+ (45TK + 100M – 1000)atau
Z
= (TK x M) – (45TK + 100M –
1000)atau
Z = (TK x M) – (1000 - 45TK
100M)
TK x M → Tujuan
45TK + 100M = 1000 Kendala
Kedua
fungsi atas dapat juga diselesaikan dengan cara subtitusi biasa, tapi saya
menyarankan untuk memanfaatkan cara yang terdapat dalam teori nilai guna
sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya (teori pilihan konsumen).
Bila menggunakan metode Lagrange
(metode ini memang sangat baik bila fungsi biayanya dalam bentuk pangkat dua
atau lebih), maka gunakan pendekatan derivative parsial sebagai berikut :
Turunkan Z terhadap masing-masing TK
dan M sebagai berikut :
TK
= M
→ = 100M = 45TK → TK =
Banyak
cara bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai TK dan M, misalnya dengan
memperhatikan persamaan hasil derivasi yaitu 100M = 45TK dan persamaan kendala ISOCOST 1000 = 45TK+ 100M, lalu
simulasikan hasilnya sehingga menjadi :
1000
= 45TK + 45TK
1000
= 90TK → TK = = 11,111111
Lalu
1000
= 100M + 100M
1000
= 200M → M = = 5
Cocokan : 1000 45(11,111111) + 100(5)
Cara
lain
adalah subtitusikan TK = pada persamaan 1000 =
45TK + 100M, hasilnya adalah :
1000 = 45
() + 100M
1000 = 100M + 100M → 100M = 1000
M = = 5
Cara praktis (perhatikan
ketentuannya):
Gunakan rumus sebagaimana yang telah
dipaparkan pada teori nilai guna (pilihan konsumen) dengan adaptasi sebagai
berikut :
Nilai TK dan M masukan dalam
persamaan produksi :
Q = TK x M → Q = 5 x 11,111111 = 55,555555
Berarti dengan uang sebanyak Rp.
1000 pada masing-masing harga faktor
produksi TK dan M adalah sebesar Rp. 45 dan Rp. 100, banyaknya batu bata
merah yang bisa diproduksi secara optimum adalah sebanyak 55,555555 unit.
Coba
perhatikan, bila misalkan pimpinan perusahaan tetap ingin memproduksi sebanyak
55,555555 unit akan tetapi hanya menggunakan tenaga kerja sebanyak 5 orang,
maka banyaknya modal adalah :
55,555555
= TK x M
55,555555
= 5x M → M = = 11,111111
(ingatlah asas trade off dalam MRTS,
dalam kasus ini karena mengurangi TK maka akan dan harus memperbesar M). Akan
tetapi nilai ini bila dialokasikan dalam fungsi biaya hasilnya ternyata : C =
45(5) + 100(11,111111) = 225 + 1111,1111 = Rp. 1336,1111, padahal dana hanya
Rp. 1000, artinya bila pimpinan perusahaan ingin mengurangi tenaga kerja
sebanyak 6 orang maka konsekwensinya ia harus menambah dana sebesar Rp.
336,1111. Akan tetapi karena dananya hanya Rp. 1000, maka kombinasi tenaga
kerja sebanyak 11 orang dengan modal sebanyak 5 (bisa 5 unit mesin, 5 bulan
masa pinjam atau lainnya)adalah paling optimum. Hal ini bisa dibuktikan dengan
menggunakan ketentuan :
MPL = = M → = 5,PL = 45
MPM = = TK →= 11,111111,PM = 100
Untuk menggambarkan kurvanya, fungsi
awal diperlakukan sebagai berikut :
ISOCOST :
1000 = 45TK + 100M
TK = 0 → M = = 10
M = 0 → TK = = 22,222222
ISOQUANT :
Q = TK * M
55,555555 = TK * M
Bila :
TK = 1 → M = 55,555555
M = 1 → M = 55,555555
Berdasarkan informasi ini lalu
digambarkan sebagai berikut : →
Untuk membuktikan apakah produksi
memang benar-benar optimum maka ketentuan matematis haruslah dipenuhi yaitu :
1. turunan pertama dari
masing-masing variable = 0 (perhitungannya sudah dilakukan) ini adalah merupakan syarat perlu, sedangkan syarat
cukupnya harus memenuhi syarat berikut:
Diketahui : = 0, = 0, ( )² = 1
= 0 x 0 -1 = - 1 < 0 → Titik Pelana
Jadi benar (secara matematis) bahwa
produksi sebanyak 55,555555 unit dengan menggunakan tenaga kerja dan modal
masing-masing sebanyak 11 dan 5 telah optimum (bukan extremum yaitu memiliki
titik maksimum atau minimum) dan produksi inilah yang paling optimum (pas
antara biaya yang disediakan dengan kebutuhan jumlah tenaga kerja dan modal
untuk memproduksi barang sebanyak 55,555555 unit tersebut).
5.4.3. ELASTISITAS PRODUKSI UNTUK 1 FAKTOR INPUT (1 FAKTOR PRODUKSI)
Untuk
produksi yang menggunakan 1 faktor input
secara teoritis telah dijelaskan bagaimana strategi penggunaan tersebut yitu
dengan memperhatikan MP dan AP. Bila MP = 0, maka sebaiknya tidak perlu
menambahkan factor input lagi. Bila MP = AP maka produksi relatif sudah
mapan/stabil, dengandemikian produksi tidak perlu menambahkan factor input
lagi? Tapi menentukan nilai MP = 0 terkadang relative sulit bila tidak
mengektrapolasinya dengan memanfaatkan model dan gaya matematika (teknik
derivasi), lagi pula hal ini relative mengandung resiko karena jarang ada
perusahaan bisa menentukan kapan tambahan factor input tidak memberikan
tambahan apa-apa pada produksi. Kesulitan ini bisa diatasi dengan menentukan
nilai elastisitas produksinya dengan rumus :
Untuk Q = TP = produksi
Untuk I = input = factor produksi
Maka elastisitas produksinya :
Jadi elastisitas tidak lain adalah perbandingan antara
nilai marginal produksi dengan rata – rata produksi. Misalkan MP = AP maka EP =
, jadi pantaslah mengapa produksi dianggap sudah mapan bila MP = AP, karena
tambahan 1 faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produksi dalam
produksi. Akan tetapi bila MP > AP maka produksi tentu saja bersifat
elastic. Bila ini terjadi maka penambahan faktor input layak untuk dilakukan
karena untuk setiap penambahan 1 faktor input akan memberikan penambahan lebih
dari 1 jumlah produksi.
5.4.4.
ELASTISITAS PRODUKSI UNTUK 2 FAKTOR INPUT (2 FAKTOR
PRODUKSI)
Konsep
elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan menggunakan 2 faktor
input. Secara khusus fungsi produksi yang memanfaatkan parameter nilai
elastisitas produksi adalah fungsi produksi Cobb – Douglas.
J.W Cobb dan P.H Douglas dari Amerika serikat pada 1928 (Sudarsono, 1990,h.
115) memperkenalkan suatu fungsi produksi yang diberi nama sesuai dengan nama
mereka yaitu Cobb-Douglas, sebagai berikut :
di mana:
Produksi
b0=Indeks efisiensi
b1=Parameter L
(tenaga kerja)
b2=Parameter K(modal)
untuk
menyatakan nilai maksimum atas perubahan L dan K terhadap produksi maka perlu
digunakan pendekatan matematis dengan cara menentukan nilai turunan pertama
dari masing-masing factor input (L dan K) tersebut secara parsial sebagai
berikut :
Untuk faktor input L terhadap produksi :
Untuk faktor input K terhadap produksi :
Daftar pustaka
Iskandar
putong,2010. Economic : pengantar ekonomi mikro dan makro.
Penerbit
:mitra wancana media
Alamat
blog anggota kelompok :